Sabtu, 28 Januari 2012

Sumatera Utara, Tanah Air Awak.

Siregar yang menempel di nama belakang saya itu terlihat aneh karena saya sendiri belum pernah menginjakkan kaki ke tanah Batak. Darah batak mengalir pada sebagian besar pembuluh darah saya (lebaaaay!) tapi saya lahir dan besar di Palembang, fasih berbahasa Palembang, ga bisa bahasa batak sama sekali selain HORAS ;)). Tapi di umur saya yang sedang lucu2nya ini :p akhirnya saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke sana: Sumatera Utara.
Berawal dari pacar saya yang pindah kerja dari Bank Swasta menyebalkan ke BUMN perkebunan yang kebonnya cuma ada di daerah Sumatera Utara, akhirnya saya memutuskan untuk mengunjunginya setelah si pacar sudah 1 tahun lebih tinggal di sana. Januari 2012, saya melihat kalender ada tanggal merah di hari Senin yang bearti bahwa long wikeeeen!! yihaaaa!! Sebenarnya awalnya saya msh belum yakin bisa ke sana karena gosipnya saya harus melanjutkan tugas pemeriksaan pada pertengahan Januari, untunglah itu hanya gosip. Setelah yakin bahwa surat tugas baru akan keluar awal Februari, saya mulai berburu tiket Jakarta-Medan. Jumat 20/1/2012 saya berangkat ke Medan dengan penerbangan bergambar singa yang sangat terkenal dengan delaynya (tentu saya ini saya pilih karena tiketnya lebih murah :p).

Pesawat take off dari Soekarno Hatta jam 9, tanpa delay!! tumben sodara2!! Sampe di Medan jam 11 lewat dikit, saya langsung ke Stasiun Besar Medan, karena harus melanjutkan perjalanan ke Aeknabara (sebagian besar kalian pasti belum pernah denger nama daerah ini, saya aja baru tau dari si pacar). Kereta Api ga ada ke Aeknabara, tapi ke Rantauprapat, si pacar jemput saya di stasiun rantau prapat untuk menuju ke Aeknabara. Medan - Rantau Prapat naek kereta api memakan waktu 6 jam perjalanan. Perjalanan dari stasiun ke Aeknabara sekitar 30 menit melewati kebon sawit & kebon karet punya perusahaan tmpt si pacar kerja sekarang.

Di Aeknabara saya nginep di rumah teman kerja pacar saya, ibu2 40 tahunan yang tinggal dengan ibunya, saya manggilnya ibunya si ibu: Opung. Si Opung ga bisa bahasa indonesia, saya ga bisa bahasa batak. Pas Bu Wati pergi kerja, saya ditinggal berdua dengan si opung, dan bingunglah saya mau ngobrol apa karena terkendala bahasa. zzzzzz
Pinggiran Danau Toba
Sudah jauh2 ke Sumatera Utara, saya pengen sekali ke Danau Toba, si pacar menyanggupi. Ternyata Danau Toba jauuuuuh, dari Aeknabara 7 jam, kalo dari medan sekitar 6 jam. Ak sm pacar naik kendaraan umum tanpa AC pula! Hadeeeeeeh.. Tapi gapapalah yang penting nyampe Danau Toba. Danau toba cukup indah, walau ga seindah bayangan saya hehehe ekspektasi saya terlalu tinggi mungkin.

Perahu Wisata Danau Toba
Batu Gantung?
Turun dari angkutan umum, berjalan dikit, sampailah saya ke tepian danau toba. Dalam hati saya: oooh init oh danau toba. Selanjutnya saya bingung mau ngapain, saya ga berencana berenang di sini, si pacar juga kebingungan (padahal dia sudah pernah ke sini *nyilangintangandidepandada). Untungnya ada abang2 yang nawarin untuk nyebrang ke Pulau Samosir. Naek kapal berukuran sedang dengan cukup membayar 20rb/org untuk perjalanan pulang pergi, kami berpesiar menyebrangi Danau Toba.
Di perjalanan ke sana, kapal dengan sengaja memutar ke pinggiran untuk menunjukkan batu gantung yang katanya sih terkenal. Tapi yang saya bingung, batu gantung yang dimaksud ternyata cuma 2 stalaktit kecil yang menggantung di batu. Okelah, terserahlah ya.
Anak-anak, sampan, danau
Tepian Tomok
Rumah adat Batak
Museumnya Orang Batak
Setelah sekitar 30 menit perjalanan, tibalah saya di Pulau Samosir, tepatmya di Tomok. Tomok rameeeee, mungkin karena hari libur, sepanjang jalan banyak kios2 penjual souvenir. Di Tomok ada tempat2 yang cukup menarik untuk dikunjungi, ada makan Raja Sidabutar, Museum Batak, dan Rumah Batak (setidaknya itu yang sempat saya kunjungi. Foto sana foto sini walopun Cuma pake kamera hape yang ga seberapa tapi saya piker cukuplah untuk sekedar dokumentasi, bukti bahwa saya pernah ke Pulau Samosir yang terkenal itu :D. Sudah tengah hari, kami harus cepat pulang, kami ga mau terlalu sore dari sana, karena kami harus ke Medan yang akan memakan waktu 5 jam perjalanan dari Danau Toba.

Medan, hari terakhir di Sumatera Utara. Saya pengen keliling kota Medan, mengunjungi tempat2 wisata di Kota Medan. Hasil ngobrol dengan bapak2 yang duduk sebelahan di pesawat, saya tau kalo di Medan ada Istana Maimun di tengah kota Medan, tepatnya di Jalam Brigjend Katamso. Istana Maimun cukup bagus, ga terlalu besar tapi seperti bangunan bersejarah lainnya di Indonesia, istana ini kurang terawat. Warna istana ini dominan kuning, singgasananya juga berwarna kuning. Istana MAimun didirikan oleh Sultan Kerajaan Deli, Sultan MAkmun Rasyid Perkasa Alamsyah pada 1888. Guide istana maimun menjelaskan bahwa sultan terakhir sekarang baru berusia 15 tahun, dia menjadi sultan saat usianya masih 8 tahun, dia mewarisi ayahnya yang meninggal karena kecelakaan pesawat saat kembali dari Aceh setelah menjadi relawan yang membantu korban Tsunami Aceh tahun 2005. Sultan muda itu sekarang tinggal dengan ibunya di Makassar. Menurut informasi dari guide itu, kakek dari sebelah ibunya sultan adalah mantan Gubernur Sulsel (ga tau deh ini bener atau ga).
Istana Maimun

Setelah selesai foto2 dan melihat2 sekitar istana, kami mau ke Masjid Raya Medan, yang ternyata berdekatan dengan istana maimun, cukup dengan berjalan kaki 200m saja sampailah kami di MAsjid tersebut. MAsjid ini didirikan pada 1906 oleh Sultan Deli , dan digunakan pertama kali tanggal 19 September 1909. Tampak luar, bangunan masjid ini bagus, terawat dan bersih. Selain kami, masih ada beberapa turis local dan bule yang berkunjung ke sini. Turis yang sama yang kami ketemu di istana maimun.
Masjid Raya Medan


Perjalanan selanjutnya kami menuju ke LApangan Merdeka. Salah satu bagian dari Lapangan (bagian yang berhadapan dengan stasiun Besar Medan) sudah disulap para investor menjadi pusat makanan, foodcourt, tempat anak gaulnya Medan nongkrong: Merdeka Walk. Rencananya kami mau makan siang di sini, ternyata eh ternyata Merdeka Walk baru buka sore hari, atau kami yang dateng kepagian yak?
Begitulah cerita yang saya rasa cukup, walopun kurang detail karena mood menulis saya tiba2 hilang mungkin karena ngantuk, mungkin juga karena malas. Sekian dulu ya.

Terima KAsih