Selasa, 25 Oktober 2011

Session 2 : Krakatau – Pulau Peucang – Ujung Kulon


Pulau Peucang, Sisi Lain Ujung Kulon

Saatnya saya melanjutkan cerita hari kedua dari rangkaian kegiatan trip kami yang memakan waktu 3 hari 2 malam.

Hari pertama telah kami lalui dengan mengunjungi Anak Krakatau dan snorkeling yang gagal di Legon Cabe. Malam di hari pertama kami menginap di wisma badak, saya tidur nyenyak karena capek. Fyi, karena tim kami terdiri dari 3 cewek dan 3 cowok, Pak Edi menyediakan 2 kamar yang saling berhadapan. Kamarnya sederhana tapi cukup bersih, ga ada AC tapi ada kipas angin, dengan bed yang gede dan kamar mandi yang pake shower.

Pagi-pagi kami bangun kami terus mandi, tidak lupa menggosok gigi, habis mandi ga tolong ibu (jayus). Pak Edi menyediakan sarapan pagi lengkap dengan teh manis hangat, buru-buru kami menghabiskan sarapan. Selesai sarapan, kami berjalan kaki ke dermaga yang jaraknya ga terlalu jauh, cukup 15 menit berjalan kami dari wisma Badak. Di dermaga, perahu kecil sudah menunggu kami, dari perahu kecil itu kami pindah ke Kapal motor yang berukuran cukup besar. Mulailah pelayaran kami sekitar jam 9.

Perjalanan ke Peucang memakan waktu sekitar 3-4 jam, hari itu cuaca cukup panas. Setelah 1 jam perjalanan, kapal motor berhenti di pulau pasir sangat kecil yang kata Pak Edi adalah spot yang bagus untuk snorkeling. Nyeburlah kami ke laut, tapi menurutku sih ga terlalu bagus. Airnya terlalu dalam, dan karangnya sudah banyak yang mati. Kami Cuma sebentar snorkeling di situ, langsung naik ke kapal lagi dan perjalanan diteruskan.

Perut mulai lapar karen hari mulai beranjak siang, petugas di kapal mulai masak di atas kapal, makan siang yang lezat disajikan! Nasi + sambal + ikan laut langsung kami santap. Setelah cukup lama berlayar, sampailah kami di Pulau Peucang. Pulau kecil berpasir putih dengan luas hanya ±3 hektar ini berada dalam wilayah kawasan Taman Nasional Ujung Kulon, tepatnya di selat Panaitan atau sebelah timur Taman Nasional Ujung Kulon. Peucang diambil dari nama sejenis siput yang sering ditemukan di pantainya. Penduduk setempat biasa menyebutnya "mata peucang". Peucang juga adalah istilah dalam Bahasa Sunda untuk menyebut kancil. (sumber: wikipedia.org)

Kapal mulai merapat di dermaga yang berada di bagian selatan pulau, kami terkagum-kagum dengan pemandangan yang sangat indah, ribuan ikan kecil bergerombol terlihat jelas dari atas dermaga. Bagian selatan pulau ini tidak langsung menghadap ke samudera lepas sehingga pantainya tidak berombak, sangat tenang, pasirnya yang putih dan lembut sehalus tepung tanpa kerikil sedikit pun dengan laut hijau muda kebiru-biruan yang landai sehingga aman untuk berenang. Saya dan teman-teman ga sabar untuk segera main di pantai.

Kami berjalan ke penginapan yang terletak tidak jauh dari dermaga, kami terkaget-kaget melihat kumpulan binatang seperti babi hutan, monyet, biawak, dan rusa yang bebas berkeliaran di pulau ini. Binatang-binatang itu ga takut dengan kami, bahkan seperti dengan sengaja berpose pas kami mau moto. Pak Edi pesen: hati-hati dengan barang bawaan, jangan lengah dan jangan taruh barang-barang di luar kamar karena monyet-monyet liar biasanya suka ngobrak-ngabrik dan ngambil barang. Serem juga.






Setelah naruh barang di penginapan dan sedikit foto-foto, kami segera ke pinggir pantai, Pak Edi nunjukin spot yang bagus untuk snorkeling di pinggir pantai. Sibuklah kami nyempung ke air. Snorkeling emang ga boleh dilewatin, terumbu karang di pinggir pantainya indah banget, ikan-ikan karang beragam warna bikin kami betah berlama-lama snorkeling. Sebelum bosen snorkeling, kami udah dipanggil Pak Edi untuk segera balik ke penginapan, karena kami mau ke Karang Copong. Okelah walaupun belum puas, kami tetep nurut deh pak hehehhehe.

Di utara pulau ini terdapat karang mati besar yang berlubang (copong) makanya dinamain Karang Copong. Perjalanan menuju Karang Copong harus ditempuh dengan trekking sejauh 3 km atau selama ±1 jam melewati hutan. Bagian ini adalah spot terbaik di pulau ini untuk melihat sunset. Berbeda dengan bagian pantai di dekat dermaga yang tenang, bagian utara merupakan bagian yang berhadapan langsung dengan laut lepas sehingga pantainya berombak dan berangin cukup ganas dan keras. Selain itu, banyak terdapat bebatuan unik di sepanjang pesisir pantai.

Setelah berbilas, kami bersiap untuk jalan melewati hutan, hari sudah mulai sore, kami berharap kami bisa nyampe karang copong sebelum sunset. Ini pertama kalinya saya masuk hutan, dan saya ga pake sepatu, tapi sendal jepit yang lebih cocok untuk maen di Mall :p Untungnya medannya ga terlalu susah, jalannya landai dan ga banyak rintangan dan halangan, tapi capek euy, keringetan karena ga biasa jalan jauh. Di hutan ini, banyak rusa dan babi hutan, bahkan kami ngeliat ada burung merak. Ini pertama kalinya saya liat burung merak dari jarak dekat di alam bebas, bukan di kebon binatang. Setelah hampir 1 jam berjalan, akhirnya sampelah kami ke pinggiran pantai sebelah utara. Ternyata untuk bisa ngeliat karang copong, kami harus naek tangga. Okelah gapapa deh, sekali-sekali ini.

Dari ketinggian kami bisa liat karang copong yang berada agak ke tengah laut, sibuklah kami foto-foto, jepret kanan jepret kiri. Setelah puas foto-foto, kami kembali ke pinggir pantai untuk nunggu sunset. Sunset ga terlalu sukses, karena pas matahari udah deket horizon, tiba-tiba awan menutupi, ga syahdu ah! Matahari tenggelam, saatnya kami balik ke penginapan. Ngelewatin hutan saat hari gelap emang menyeramkan, makanya harus bawa senter. Untunglah guide kami sudah berpengalaman, ga nyasar deh, sampe di penginepan dengan selamat dan kaki pegel2. Rasanya pengen mandi lagi, tapi apa daya air terbatas.


Malam ini rencananya kami mau mancing, bukan di tepi pantai, tapi dari atas kapal, kaya mancing mania gitu, tapi ga ada yang bawa alat pancing. Alhasil kami harus mancing dengan peralatan seadanya, Cuma benang pancing, kail, dan umpan seadanya. Jangan berharap banyak, ga ada 1 ikan pun yang nyangkut di kail. Walaupun ga dapet ikan, tapi kami dapet pemandangan luar biasa: hamparan bintang yang bertaburan menghiasi langit Peucang. Kereeeeen banget! Sayangnya ga ada yang punya lensa tele, jadi kenangannya Cuma ada di memori otak, ga bisa dicetak di fuji film --“

Selama berada di pulau ini, kita tidak dapat berhubungan dengan dunia luar, jangan berharap untuk bisa ngetwit atau update status, menelepon aja ga bisa. Satu-satunya alat komunikasi yang bisa dipake Cuma telepon di pos jaga. Listrik juga baru ada setelah malam hingga sampe pagi (sekitar pukul 18.00 – 06.00).

Tips-tips:
1. Jangan lupa bawa senter kalo berencana untuk trekking masuk hutan
2. Bawa sepatu kalo ga mau kaki lecet-lecet pas trekking
3. Bawa peralatan snorkeling sendiri lebih menyenangkan
4. Bawa banyak air minum karena ga ada yang jualan air minum di pulau ini

Tidak ada komentar: